ANALISIS PENCEMARAN AIR SUNGAI BAGAN PERCUT AKIBAT AKTIVITAS PENDUDUK
Disusun Oleh:1. Alfonso Simanungkalit
2. Febiola Rohani Marpaung
3. Threesa Nulo Duha
SMA METHODIST-7 MEDAN
JALAN MADONG LUBIS NO.7
MEDAN
2016
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Analisis Pencemaran Air Sungai Bagan Percut Akibat Aktivitas Penduduk.
Penelitian ini
dilakukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Tingkat SMA Sumut- Aceh pada acara
Geosfair UNIMED Tahun 2016 dengan Tema Degradasi Lingkungan Akibat ulah
Manusia.
Selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan karya tulis ini penulis telah banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Hartuti Banurea, selaku Guru Pembimbing dalam pelaksanaan Penelitian
dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Pdt. Robert Sihombing, M.Th. selaku Kepala sekolah SMA
Methodist-7 Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
kegiatan Lomba karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak/Ibu
guru SMA Methodist-7 yang telah membantu dan memberikan saran-saran dalam penulisan
Karya Ilmiah ini.
4. Teman-teman Siswa/Siswi SMA Methodist-7,yang ikut membantu
memberikan ide dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini
5. Keluarga Besar SMA
Methodist-7 Medan, sebagai sarana inspirasi bagi penulis.
6. Aparatur Desa Bagan Percut, yang telah bersedia memberikan
informasi terkait dengan penelitian ini.
Akhir kata penulis
menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, namun demikian penulis
berharap semoga karya ilmiah yang sederhana ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan semua pihak yang memerlukannya.
Medan, Februari 2016
Penulis
ABSTRAK
Sungai Bagan Percut termasuk salah satu
Sungai tercemar di Kecamatan Percut Sei Tuan, dan merupakan salah satu sungai yang
dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah. Mendirikan perumahan di sekitar
bantaran sungai menyebabkan meningkatnya pembuangan limbah ke sungai yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas perairan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kualitas air Sungai Bagan akibat
aktivitas penduduk.
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kualitas air
dengan melakukan uji terhadap parameter-parameter pencemaran air yang
dibandingkan dengan baku mutu air PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang meliputi parameter fisika (suhu, warna
air, bau, dan rasa); parameter kimia (pH); dan parameter mikrobiologi (bakteri
coliform total).
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode indeks
pencemaran yang dibandingkan dengan baku mutu air PP No. 82 Tahun 2001, dimana
metode ini terlampir dalam Kepmen LH No. 115/2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air.
Kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut berdasarkan uji
parameter pencemaran air mengalami penurunan kualitas yang ditunjukkan adanya
parameter yang melebihi baku mutu.
Sedangkan berdasarkan penentuan status mutu air, pencemaran dimana kualitas air
pada daerah hilir telah tercemar Tinggi. Berbagai kegiatan pembangunan ekonomi
yang terdapat di sepanjang Sungai Bagan Percut memberikan beban pencemaran air sungai.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Merupakan Sumber daya Alam (SDA)
yang sangat penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu
dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahluk
hidup laiannya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika
tidak diimbangi dengan tindakan yang bijaksana dalam mengelolanya akan
mengakibatkan kerusakan pada sumber air. Air permukaan dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan manusia seperti sumber air minum, perumahan, peternakan,
irigasi, perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dan sebagai tempat
rekreasi.
Menurut Soemarwoto (2009), penggunaan sumber
daya untuk pembangunan selalu disertai oleh terjadinya pencemaran. Lingkungan
dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat
mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada di dalamnya (Bahtiar, 2007).
Masalah pencemaran
air pada saat ini sudah sangat kompleks, meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan
organisme lainnya. Karena di dalam kehidupannya selalu membutuhkan air. Sungai
merupakan salah satu sumber air yang menunjang berbagai aspek kehidupan untuk memenuhi
berbagai kegiatan sesuai dengan peruntukannya, ketersediaan sumber daya air,
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia maupun kebutuhan pembangunan. Selain
memperhatikan kuantitas air juga harus memperhatikan kualitas agar dapat
mengurangi pencemaran air yang berasal dari berbagai limbah dibagian Hulu dan
bagian Hilir daerah aliran sungai.
Pencemaran sungai dapat berasal dari (1)
tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian,
penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya; (2) limbah
organik dari manusia, hewan dan tanaman; (3) kecepatan pertambahan senyawa
kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan.
Ketiga hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan industrialisasi(Hendrawan,2005).
Sungai Bagan Percut
sebagai tempat pembuangan limbah diperkirakan telah mengalami penurunan
kualitas air. Agar sungai dapat bermanfaat secara berkelanjutan sesuai dengan
peruntu kannya, hal yang perlu dilakukan adalah menganalisis Pencemaran air dSungai
Bagan Percut akibat aktifitas manusia.
B. Identifikasi Masalah
Kondisi air sungai Bagan secara fisik dilihat dari Warna
(Kekeruhan), Bau, dan rasa sudah mengalami pencemaran, sehingga perlu dilakukan
analisis untuk mengetahui tingkat pencemaran
pada sungai tersebut. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi identifikasi dalam
penelitian ini adalah Analisis Pencemaran Air sungai Bagan Percut.Analisis yang
dimaksud adalah mencakup Para meter Fisika (Suhu air sungai), Para meter Kimia
(pH), dan para meter Biologi (Bakteri coliform). Selain itu faktor penyebab
pencemaran air sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah Domestik dan Dampak
yang ditimbulkan akibat pencemaran air sungai Bagan Percut.
C. Pembatasan Penelitian
Agar Peneliti dapat
terfokus pada inti permasalahan yang dikaji maka dilakukan pembatasan terhadap
penelitian ini, yaitu:
1) Tingkat
Pencemaran air sungai dikaji berdasarkan Para Meter :
- Fisika :Suhu Air Sungai
- Kimia: Derajat Keasaman (pH)
- Biologi: Bakteri Coliform
2) Faktor –
Faktor yang mempengaruhi pencemaran Sungai Bagan Percut yang berasal dari
limbah domestik
3) Dampak yang
ditimbulkan oleh pencemaran Sungai Bagan Percut
D. Perumusan Masalah
Di sepanjang aliran
sungai Bagan Percut terdapat beberapa kegiatan seperti Perikanan, daerah
pemukiman dan pertanian yang diperkirakan telah menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas air sungai Bagan Percut. Dari identifikasi tersebut diatas maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut akibat
terjadinya peningkatan buangan limbah berdasarkan para meter Fisika, Kimia, dan
Biologi.
2. Apa Faktor penyebab terjadinya pencemaran di Sungai Bagan Percut.
3. Bagaimana Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran sungai Bagan
Percut.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar
belakang dan perumusan masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka penulis dapat
merumuskan tujuan penelitian yaitu :
1. Mengidentifikasi
dan mengkaji kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut berdasarkan para meter
Fisika, Kimia,dan Biologi.
2. Mengetahui
faktor- faktor yang mempengaruhi pencemaran sungai Bagan Percut
3. Mengetahui
dampak pencemaran sungai Bagan Percut
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini adalah agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran
mengenai kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut dan strategi yang sebaiknya
dilakukan dalam upaya pengendalian pencemaran perairan di Sungai Bagan Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan, oleh karena itu manfaat yang dapat diperoleh adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat
Akademik : sebagai karya ilmiah terutama bagi pengembangan ilmu pengetahuan
atau referensi bagi penelitian kualitas air Sungai Bagan Percut di kecamatan
Percut Sei Tuan
2. Manfaat
Praktis : dapat dijadikan masukan bagi pembuatan kebijakan dalam pengendalian
pencemaran air Sungai Bagan Percut di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
1. Sungai
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud wilayah sungai adalah
kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama
dengan 2.000 km2. Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang
curam berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, landai dan relatif rata.
Arus atau kecepatan alir air sungai berbanding lurus dengan kemiringan lahan.
Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat dan makin
lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari
lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah
sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air
atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi
aktifitas dan
perilaku penghuninya. Pada
umumnya daerah hulu mempunyai kualitas air yang lebih baik daripada daerah
hilir. Dari sudut pemanfaatan lahan, daerah hulu relative sederhana dan
bersifat alami seperti hutan dan perkampungan kecil. Semakin ke arah hilir
keragaman pemanfaatan lahan meningkat. Sejalan dengan hal tersebut suplai
limbah cair dari daerah hulu yang menuju daerah hilir pun menjadi meningkat.
Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari proses pembuangan
limbah cair yang dimulai dari hulu (Wiwoho, 2005)
2. Kualitas Air
Kualitas air yaitu
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam
air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.
Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian
yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik biologi atau uji kenampakan (bau
dan warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter
kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya) dan parameter
biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya).
3. Kriteria Baku Mutu
Air
Baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Untuk itu agar kualitas air tetap terjaga maka setiap kegiatan yang
menghasilkan limbah cair yang akan dibuang ke perairan umum atau sungai harus
memenuhi standart baku mutu atau kriteria mutu air sungai yang akan menjadi
tempat pembuangan limbah cair tersebut, sehingga kerusakan air atau pencemaran
air sungai dapat dihindari atau dikendalikan.
Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa klasifikasi mutu air
ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
1. Kelas Satu :
Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
2. Kelas Dua :
Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas Tiga
: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudayaan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang sama
dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas Empat
: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Pencemaran Air
Polusi air adalah
penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya
(Fardiaz, 1992). Keadaan normal air berbeda-beda tergantung pada faktor
penentunya, yaitu kegunaan air dan asal sumber air. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran air, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya. Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya
pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain
yang berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat ke dalam air yang
menyebabkan kualitas air tercemar sehingga mengganggu fungsi air. Masukan
tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar (polutan), yang
pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya
buangan limbah cair.
Bahan pencemar
(polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang
berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga
mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke dalam
lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan
polutan antropogenik (Effendi, 2003). Polutan alamiah adalah polutan yang
memasuki suatu lingkungan (badan air) secara alami, misalnya akibat letusan
gunung berapi, tanah longsor, banjir dan fenomena alam yang lain.
Polutan yang memasuki
suatu ekosistem secara alamiah sukar dikendalikan. Polutan antropogenik adalah
polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan
domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan) maupun kegiatan industri.
Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol
aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut. Berdasarkan perbedaan
sifat-sifatnya, polutan air dapat dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok
yaitu : (1) padatan; (2) bahan buangan yang membutuhkan oksigen
(oxygen-demanding wastes); (3) mikroorganisme; (4) komponen organik
sintetik; (5) nutrient tanaman; (6) minyak; (7) senyawa anorganik dan mineral;
(8) bahan radioaktif dan (9) panas. Pengelompokan tersebut bukan merupakan
pengelompokan yang baku, karena suatu jenis polutan dapat dimasukkan ke dalam
lebih dari satu kelompok (Fardiaz, 1992).
5. Sumber Pencemaran
Sumber pencemar air
berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi sumber
limbah domestik dan sumber limbah non- domestik. Sumber limbah domestik umumnya
berasal dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah non domestik berasal
dari kegiatan seperti industri, pertanian dan peternakan, perikanan,
pertambahan atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah pemukiman. Berdasarkan
sumbernya (Mudarisin, 2004), jenis limbah yang dapat mencemari air dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu :
1. Limbah cair
domestik, yaitu limbah cair yang berasal dari pemukiman, tempat-tempat
komersial (perdagangan, perkantoran, institusi) dan tempat-tempat rekreasi. Air
limbah domestik (berasal dari daerah pemukiman) terutama terdiri atas tinja,
air kemih, dan buangan limbah cair (kamar mandi, dapur, cucian yang kira-kira
mengandung 99,9 % air dan 0,1 % padatan). Zat padat yang ada tersebut terbagi
atas ± 70 % zat organik (terutama protein, karbohidrat dan lemak) serta sisanya
30 % zat anorganik terutama pasir, air limbah, garam- garam dan logam.
2. Limbah cair
industri merupakan limbah cair yang dikeluarkan oleh industry sebagai akibat
dari proses produksi. Limbah cair ini dapat berasal dari air bekas pencuci,
bahan pelarut ataupun air pendingin dari industri-industri tersebut. Pada
umumnya limbah cair industri lebih sulit dalam pengolahannya, hal ini disebabkan
karena zat-zat yang terkandung di dalamnya yang berupa bahan atau zat pelarut,
mineral, logam berat, zat-zat organik, lemak, garam-garam, zat warna, nitrogen,
sulfida, amoniak, dan lain-lain yang bersifat toksik.
3. Limbah
pertanian yaitu limbah yang bersumber dari kegiatan pertanian seperti penggunaan
pestisida, herbisida, fungisida dan pupuk kimia yang berlebihan.
4. Infiltration/inflow yaitu limbah cair yang berasal dari perembesan
air yang masuk ke dalam dan luapan dari sistem pembuangan air kotor.
6. Indikator Pencemaran
Air
Indikator atau tanda
bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang
dapat diamati melalui (Wardhana, 2004) :
1.
Adanya
perubahan suhu air
2.
Adanya
perubahan PH atau konsentrasi ion Hidrogen
3.
Adanya
perubahan warna, bau dan rasa air
4.
Timbulnya
endapan, koloid, bahan pelarut
5.
Adanya
mikroorganisme
6.
Meningkatnya
radio aktivitas air lingkungan
Pengamatan yang
dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan kualitas air dapat digolongkan
menjadi pengamatan secara fisis, kimia dan biologis (Warlina, 2004). Parameter
yang umum digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air yaitu antara lain :
a.
Suhu
Suhu atau temperatur
pada badan air penerima/sungai dapat berubah karena perubahan musim, perubahan
harian dan masukan berupa buangan air limbah yang panas dari industri. Suhu
memperlihatkan kecenderungan aktivitas kimiawi dan biologis di dalam air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air.
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah
oksigen terlarut di dalam air menurun; (2) kecepatan reaksi kimia meningkat;
(3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan (4) jika batas suhu yang
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati (Fardiaz, 1992). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya
peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 °C - 30 °C (Effendi, 2003)
b.
Derajat
Keasaman (pH)
Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 - 7,5. Air akan
bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH
normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di
atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan
mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air
(Wardhana, 2004). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH
dan menyukai pH antara 7 - 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan ,misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah
(Effendi, 2003). Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap komunitas biologi
perairan dapat dilihat pada table 1 berikut ini:
Tabel.1. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi
perairan
Nilai pH
|
Pengaruh Umum
|
6,0-6,5
|
1.Keanekaragaman Plankton dan
Bentos sedikit menurun
2.Kelimpahan total, biomassa, dan
produktifitas tidak mengalami perubahan
|
5,5-6,0
|
1.Penurunan nilai keanekaragaman
plankton dan Bentos semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa,
dan produktifitas masih belum mengalami perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai
tampak pada zona litoral.
|
5,0-5,5
|
1.Penurunan keanekaragaman dan
komposisi jenis plankton, perifiton, dan Bentos semakin besar
2. Terjadinya penurunan
kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan Bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin
banyak
Proses nitrifikasi terhambat
|
4,5-5,0
|
1.Penurunan keanekaragaman dan
komposisi jenis plankton, perifiton, dan Bentos semakin besar.
2. Penurunan kelimpahan total dan
biomassa zooplankton dan Bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin
banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
|
Sumber: Novotny dan Olem (1994)dan
Effendi (2003)
c.
Bakteri
Coliform Total
`Lingkungan perairan
mudah tercemar oleh mikroorganisme pathogen (berbahaya) yang masuk dari
berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan peternakan. Bakteri yang umum
digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah bakteri yang
tergolong Escherichia coli, yang merupakan salah satu bakteri yang
tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan
(Effendi, 2003). Keberadaan bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator dalam
menilai tingkat higienisitas suatu perairan.
Bakteri coliform
total merupakan semua jenis bakteri aerobik, anaerobic fakultatif, dan
rod-shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan
gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 °C. Bakteri coliform total terdiri
dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella dan Enterobacter.
Fecal coliform adalah anggota dari coliform yang mampu memfermentasi
laktosa pada suhu 44,5 °C dan merupakan bagian yang paling dominan (97 %) pada
tinja manusia dan hewan (Effendi, 2003).
B. KERANGKA BERPIKIR
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul Penelitian ini
dilakukan di Sungai Bagan Percut, Kecamatan Pecut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang.
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam Penelitian ini adalah
semua yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu Sungai Bagan Percut.
2.
Sampel
Sampel dalam Penelitian ini adalah
sebagian tempat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian yaitu Daerah Aliran Sungai Bagian hilir Sungai Bagan
Percut.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Tingkat Pencemaran
Air Sungai Bagan Percut, meliputi:
a.Parameter Fisika
b. Parameter Kimia
c. Parameter Biologi
2. Faktor penyebab terjadinya pencemaran sungai
Bagan Percut
3. Dampak
pencemaran sungai Bagan Percut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis mempergunakan
teknik pengumpulan data melalui:
1.
Observasi Pengambilan Sampel Kualitas Air Sungai
Pengambilan sampel dilakukan
di daerah hilir dengan lokasi tiga (3) titik dengan jarak yang berbeda,
didasarkan pada adanya kegiatan yang diduga memberikan beban pencemaran yang
sangat tinggi, selain itu juga adanya pertimbangan bahwa daerah hilir merupakan
daerah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk di Desa Bagan Percut. Pengambilan
sampel air di sungai dilakukan secara grab sample. Grab sample
(sampel sesaat) adalah metode pengambilan sampel dengan cara sampel yang
diambil secara langsung dari badan air yang sedang dipantau. Sampel inilan
hanya menggambarkan karakteristik pada saat pengambilan sampel (Effendi, 2003)
2.
Wawancara
Penelitian
dilakukan dengan wawancara langsung kepada pihak yang terkait yaitu Aparatur
Desa.
3.
Studi Dokumentasi
Studi
Pengumpulan data melalui instansi terkait dan dokumentasi yang diperlukan untuk
menganalisis data yang berhubungan dengan judul Penelitian.
4.
Studi Pustaka
Dengan
membaca dan mempelajari buku- buku yang berkaitan dengan judul penelitian.
E. Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menggambarkan kondisi kualitas
air Sungai Bagan Percut. Penelitian ini juga didukung dengan data kualitatif
untuk memberikan gambaran yang lebih dalam terhadap aktivitas yang menimbulkan
pencemaran air di Sungai Bagan Percut dan dampak pencemaran air sungai Bagan
Percut. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu metode dimana
segala aspek harus diamati sepenuhnya, sedangkan hasil analisa datanya hanya
berlaku untuk tempat dan jangka waktu tertentu.
F. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
yang berupa pengukuran kondisi fisik, kimia dan biologi perairan Sungai Bagan
Percut diperoleh di lapangan dan sebagian dari analisis di laboratorium. Data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil penelitian terdahulu,
hasil studi pustaka, laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang
berhubungan dengan topik yang dikaji. Data sekunder berupa :
1.
Profil Sungai
Bagan Percut
2.
Sumber
Pencemaran di Sungai Bagan Percut.
G. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah
proses telaah dan pencarian makna dari data yang diperoleh untuk menemukan
jawaban dari masalah penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis
kualitas air, analisis bahan pencemar air sungai yang berasal dari limbah
domestik, dampak pencemaran Sungai Bagan terhadap masyarakat.
1.
Analisis
Kualitas air
Merupakan analisis
untuk mengetahui kualitas air Sungai Bagan Percut dengan melakukan uji terhadap
parameter-parameter pencemaran air yang meliputi parameter fisika (Suhu,), parameter
kimia (Derajat keasaman/ pH) ,parameter biologi (Bakteri Coliform
Total).
Tabel 2. Metode Analisis Parameter Kualitas Air
Parameter
|
Satuan
|
Metode Analisis
|
I. Fisika
|
||
-
Suhu
|
°C
|
SNI 6989.57 :2008
|
II. Kimia
|
||
- Ph
|
-
|
SNI 6989.57 :2008
|
III. Mikrobiologi
|
||
-
Total
coliform
|
MPN/100 ml
|
Metode MPN
|
Hasil uji
parameter-parameter tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu air sesuai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
2. Analisis
Pencemaran air sungai yang berasal dari limbah domestik
Dilakukan dengan pengamatan secara
fisik dan Uji Laboratorium Bahan pencemar yang dimaksud adalah bahan pencemar
a. Organik,
yang dapat penguraian oleh mikroorganisme
b. Bahan
pencemar anorganik, yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
3.
Dampak pencemaran air
sungai terhadap masyarakat
Dilihat
berdasarkan sumber data kesehatan masyarakat Desa Bagan Percut yang
meliputi gangguan pada kesehatan
masyarakat setempat.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan keadaan alam
Bagan adalah salah satu
Dusun di Desa Percut, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Bagan Percut Berasal dari kata Bagan yang
berarti Pelabuhan, Jadi Bagan Percut artinya adalah Wilayah Pelabuhan. Dusun
Bagan Percut berada pada ketinggian 2 meter diatas permukaan laut dan merupakan
daerah dataran rendah. Dusun BAgan Percut berada pada lintang 3°42’45.6’’LU dan
di bujur 98°46,45.08”BT , Sementara itu curah hujan mencapai 0-278 mm/tahun,
dengan suhu udara rata- rata 23°C- 30°C. Dikenal ada 2 musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya berlangsung selama 3 bulan
yaitu antara Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus, sedangkan musim penghujan
berlangsung selama 9 Bulan yaitu Bulan September sampai dengan Bulan Mei.
Batas – batas wilayah Desa Percut secara
administratif adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Desa Cinta Rakyat
- Sebelah Barat : Desa Tanjung Rejo
- Sebelah Timur : Desa Cinta Damai
Luas wilayah Desa
Percut adalah 1063 ha, dan diperkirakan sekitar 740 ha adalah lahan yang bisa
dipakai sebagai lahan persawahan dan perladangan, sedangkan sisanya sekitar 323
ha diperuntukkan seperti pemukiman sekitar 102 ha, jalan, empang, pekuburan
sekitar 15 ha. Dan 180 ha diperuntukkan sebagai jalur hijau disekitar wilayah
pesisir, namun pada kenyataan jalur hijau tersebut sudah digunakan sebagai
lahan untuk pemukiman dan pertambakan.
2. Kondisi Tanah
Berdasarkan kondisi tanah,
Desa Percut memiliki jenis tanah Alluvial sebagai hasil endapan dari aliran
sungai yang melewati Desa Percut. Salah satu aliran sungai tersebut adalah
sungai Bagan Percut, sehingga keadaan tanah di desa Percut sangat cocok
ditanami jenis tanaman pertanian seperti Jagung, Padi, dan sayuran.
3. Kondisi Sosial dan
Ekonomi
Desa Percut terdiri dari 18 lingkungan/ dusun yang masing- masing
dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Berdasarkan data sensus penduduk tahun
2010 Dusun Bagan Percut memiliki jumlah penduduk 1.078 Jiwa,dengan jumlah
penduduk Laki- laki 546 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan 532 Jiwa.Sedangkan
jumlah kepala keluarga(KK) adalah 278.
Tabel.3. Jumlah
Penduduk Dusun Bagan Percut
NO
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Laki- laki
|
546
|
50,64
|
2
|
Perempuan
|
532
|
49,36
|
1.078
|
100%
|
Sumber:
Kantor Kepala Desa Percut
Sebagai Wilayah yang berbatasan
dengan Laut, penduduk Dusun Bagan Percut sebagian besar bermata pencaharian
Nelayan. Alasan lain mengungkapkan bahwa penduduk Dusun Bagan Percut memilih
profesi sebagai Nelayan dan jarang melakukan migrasi ke wilayah lain disebabkan
karena penduduk tidak bersekolah (50%), Tamat SD 25%, Tamat SMP 17%, dan tamat
SMA 8%. Suku Bangsa yang mendiami Dusun Bagan didominasi oleh Suku Melayu, dan
Sebagian kecil Suku Jawa dan Suku Batak.
4. Pola pemukiman Penduduk
Kegiatan mayoritas penduduk Dusun Bagan Percut sebagai Nelayan adalah
faktor pemilihan pola pemukiman penduduk di wilayah tersebut. Adapun pola
pemukiman penduduk Dusun Bagan Percut adalah pola pemukiman Linier
(Memanjang), yaitu memanjang mengikuti
Garis pantai dan Memanjang mengikuti garis Sungai. Panjang Sungai Bagan Percut
adalah 5 Km, dan lebarnya 20 m (Sumber: Kepala Desa Percut). Dari tahun 1980
sampai tahun 2000 pola pemukiman penduduk tidak mengalami perubahan, kemudian pada
tahun 2001sampai sekarang pola pemukiman mengalami perubahan dimana masyarakat
mendirikan pemukiman didalam tanggul yang sengaja dibangun untuk menanggulangi
resiko banjir.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Peneliti kepada penduduk
setempat, pola pemukiman ini selain mengikuti garis sungai juga bertujuan untuk
mempermudah nelayan dalam mengawasi kapalnya yang disandarkan ditepi Pantai dan
tepi sungai. Model rumah berbentuk panggung, memudahkan penduduk dalam
pembungan limbah rumah tangga secara langsung ke badan sungai Bagan Percut.
B. Kondisi Kualitas Air
Sungai Bagan Percut
Kualitas air yaitu
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam
air. Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, yaitu parameter fisika
(suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH,
oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya) dan parameter biologi
(keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya).Parameter- parameter kualitas air
dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
1. Sifat Fisik Air
Sungai Bagan Percut
Hasil pengamatan dan
pengukuran parameter fisik (suhu) pada lokasi penelitian yang dibandingkan
dengan baku mutu air adalah Suhu Air.
Hasil pengamatan dan
pengukuran suhu air Sungai Bagan Percut dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak
yang berbeda. Parameter- parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu
air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Tabel 4. Hasil Pengukuran
Suhu Air Sungai Bagan Percut
No
|
Jarak Dari Hilir
(m)
|
Temperatur Udara (°C)
|
1
|
50
|
28
|
2
|
100
|
31
|
3
|
150
|
33
|
Sumber: Data Primer
Hasil pengukuran suhu
air pada tanggal 12 Pebruari 2016 dari titik pengambilan sampel 1pada Sungai
Bagan Percut hingga titik pengambilan sampel 3 yang terletak di hilir Sungai
Bagan Percut memiliki perbedaan yang mencolok, yaitu berkisar antara 28°C - 33
°C. Pada Tabel.3 di atas menunjukkan bahwa suhu tertinggi adalah pada pengukuran
titik sampel 3 yaitu 33°C, dimana
kegiatan yang terdapat pada daerah ini meliputi pemukiman dan perikanan.
Keadaan suhu yang demikian sudah melampaui ambang batas baku mutu air berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu badan air golongan I, II dan III mensyaratkan
bahwa temperatur air normal memiliki deviasi 3 dari keadaan temperatur alamiah
di lingkungan setempat.
Effendi (2003) menyebutkan bahwa kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 °C - 30°C. Hal ini berarti, suhu
air Sungai Bagan Percut sudah tidak mampu
menunjang pertumbuhan fitoplankton. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan
kelarutan gas dalam air misalnya gas O2,
CO2, N2, CH4, dan sebagainya.selain itu
juga mengakibatkan viskositas, reaksi Kimia, evaporasi dan volatilisasi.
2.
Sifat Kimia Air Sungai Bagan Percut
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter kimia air Sungai Bagan
Percut pada lokasi penelitian yang
dibandingkan dengan baku mutu air adalah Derajat Keasaman (pH).
Hasil
pengamatan dan pengukuran parameter derajat keasaman (pH) Sungai Bagan Percut
ditunjukkan pada Tabel.4.
Tabel.5. Derajat Keasaman (pH) Air Sungai Bagan Percut
No
|
Jarak Dari Hilir
(m)
|
Derajat
Keasaman (pH)
|
1
|
50
|
5,8
|
2
|
100
|
5,8
|
3
|
150
|
6,0
|
Sumber:
Data primer
Dari Tabel.4 di atas menunjukkan hasil pengukuran pH air Sungai Bagan
Percut pada tanggal 12 Pebruari tahun 2016 berkisar antara 5,08 - 6,00. Perbedaan
nilai pH tersebut sangat sedikit tetapi memiliki nilai pH yang tergolong rendah
sesuai dengan standar baku mutu air Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001.Kondisi air
sungai Bagan yang memiliki nilai pH rendah dipengaruhi oleh adanya buangan limbah organik
dan anorganik ke Sungai Bagan Percut. Pengukuran tertinggi pada titik pengambilan sampel 3 yaitu 6,0 yang dipengaruhi oleh aktivitas pada segmen 2 yang berupa kegiatan domestik/pemukiman,
dan perikanan. Mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 maka pH air Sungai Bagan Sudah
tercemar.
Menurut Effendi (2003)
sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai
pH sekitar 7 - 8,5. Berdasarkan nilai pH
air sungai yang diketahui, maka kondisi air sungai Bagan Percut mengalami (1) penurunan
nilai keanekaragaman plankton dan Bentos semakin tampak , (2) kelimpahan total, biomassa,
dan produktifitas masih belum mengalami perubahan yang berarti. (3) algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona
litoral.
Tabel.5.
Standart Baku Mutu Air
Baku
Mutu (PP No 82 Tahun 2001)
|
|
Kelas I
|
6-9
|
Kelas II
|
6-9
|
Kelas III
|
6-9
|
Kelas IV
|
5-9
|
Berdasarkan standart Baku
Mutu air, air sungai Bagan termasuk kedalam standart Baku Mutu Golongan empat
(lV).
3. Sifat Mikrobiologi Air Sungai
Bagan Percut
Hasil uji Laboratorium ditemukant bakteri Coliform Total
air Sungai Bagan Percut di lokasi penelitian, jenis Bakteri Coliform dapat
dilihat pada Tabel .6.
Tabel.6. Hasil Uji Laboratorium Bakteri Coliform Total Air
Sungai Bagan Percut
Jenis Bakteri Coliform
|
Keterangan
|
Escherichia
Coli
|
Penyebab
Bau dan Rasa
|
Ghomponema
|
Penyebab
Pencemaran
|
Nitzchia
|
Penyebab
Pencemaran
|
Hydrodiction
|
Penyebab
bau dan rasa didalam air
|
Straurastrum
|
Penyebab
bau dan rasa didalam air
|
Spyrogira
|
Penyebab
Pencemaran didalam air
|
Cholorococum
|
Penyebab
pencemaran didalam air
|
Anabaena
|
Penyebab
pencemaran didalam air
|
Ghomphosphaeria
|
Penyebab
bau dan rasa didalam air
|
Microcistis
|
Penyebab
bau d an rasa didalam air
|
Oscillatoria
|
Penyebab
pencemaran didalam air
|
Sumber:
Data Primer
Berdasarkan Tabel.6 diketahui jenis Bakteri Coliform Total
Penyebab Pencemaran, Baud an rasa. Penyebab Pencemaran ditemukan 6 Bakteri
Coliform, dan penyebab bau dan rasa ditemukan 5 Bakteri Coliform.
Hasil pengukuran sifat mikrobiologi dengan parameter Bakteri
Coliform Total air Sungai Bagan Percut di lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel .7. Hasil Pengukuran Bakteri Coliform Total Air
Sungai Bagan Percut
No
|
Tanggal
|
Titik Pengambilan Sampel (Jml/100 ml)
|
|||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
12 Pebruari 2016
|
3
350 x 10
|
3
39 x 10
|
9
26 x 10
|
|
Baku Mutu (PP No 82 Tahun 2001)
|
|||||
Kelas I
|
1,000
|
||||
Kelas II
|
5,000
|
||||
Kelas III
|
10,000
|
||||
Kelas IV
|
10,000
|
Sumber:
Data Primer
Dari data pada Tabel.7 diatas menunjukkan bahwa pada
semua titik pengambilan sampel jumlah bakteri coliform melebihi ambang batas
baku mutu air baik untuk kelas I, II, III maupun IV PP no. 82 tahun 2001.
Besarnya jumlah bakteri coliform dipengaruhi oleh adanya limbah organik yang
dibuang ke badan sungai. Limbah organik ini berasal dari aktivitas penduduk
yang membuang limbah ke badan air tanpa adanya proses pengolahan dan meningkatnya buangan limbah domestik
akibat aktivitas mandi cuci penduduk sekitar.
C. Faktor Penyebab
Pencemaran Air Sungai Bagan Percut yang Berasal Dari Limbah Domestik
Kondisi Pola pemukiman Penduduk Dusun
Bagan Percut yang memanjang (linier) mengikuti garis sungai Bagan Percut, mengakibatkan
sungai menjadi tempat yang sangat praktis dalam hal pembuangan sampah Limbah
limbah Rumah tangga lainnya. Dalam hal ini berdasarkan unsur pencemarnya,
pencemaran air sungai Bagan Percut dibedakan menjadi dua faktor penyebab
Pencemaran,yaitu:
a. Faktor Pencemaran yang disebabkan
Benda padat
Faktor pencemaran yang disebabkan
benda padat pada air sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah Rumah tangga
(limbah Domestik) adalah Bungkus makanan, Kertas, Plastik, puntung rokok, barang
bekas rumah tangga yang sudah tidak layak pakai (Peralatan dapur, pakaian, Meuble),
dan Limbah Tinja.
b. Faktor pencemaran yang disebabkan
benda cair
Faktor terjadinya pencemaran yang
disebabkan benda cair pada air sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah
Rumah Tangga (limbah Domestik) adalah Air sabun, air bekas cucian yang
mengandung Zat kimia, Urine, tumpahan minyak dari kapal-kapal nelayan yang
melewati sungai Bagan Percut.
D.
Dampak Pencemaran air Sungai Bagan Percut
Air yang tercemar tentunya membawa
dampak pada kerugian bagi mahluk hidup, mengingat air merupakan salah satu
elemen terpenting dari kehidupan. Berikut adalah dampak pencemaran air sungai
Bagan Percut:
a. Tumbuhnya
mikroorganisme berbahaya yang berasal dari pembusukan sampah. Bila sampai masuk
kedalam tubuh, mikroorganisme ini akan menimbulkan bahaya, yaitu penyakit Diare
dan Penyakit Kulit.
b. Air
tercemar yang berasal dari tinja mengandung racun, sehingga berbahaya bila
dikonsumsi
c. Tumpahan
minyak yang menyebar membuat kehidupan Vegetasi sungai susah untuk endapatkan
sinar matahari dan udara yang tepat.
d. Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk
kebutuhan sehari- hari
e. Terganggunya
keseimbangan ekosistem di dalam air yang bisa berdampak bagi kehidupan manusia,
seperti berkurangnya populasi ikan di sungai Bagan Percut.
f. Bakteri
Coliform menyebabkan penyakit Diare dan kulit.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian Alisis Pencemaran air Sungai Bagan Percut, maka dapat
simpulkan :
1. Berdasarkan
parameter fisika, air sungai bagan memiliki suhu udara yang tinggi yaitu antara
28°C- 33°C, sedangkan berdasarkan parameter kimia pH air sungai Bagan Percut
adalah berkisar antara 5,8-6,0, dan berdasarkan para meter Biologi terdapat
bakteri coliform sebanyak 11 Bakteri.
2. Faktor
yang mempengaruhi pencemaran limbah Domestik di Sungai Bagan Percut berasal
dari pembungan sampah, tinja, urine, kertas, Bungkus makanan,Tumpahan minyak,
air sabun, air bekas cucian.
3. Dampak
yang ditimbulkan pencemaran air sungai Bagan adalah sulitnya memperoleh air bersih
4. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa air sungai Bagan Percut mengalami
pencemaran tingkat tinggi.
B.
Saran
1. Hendaknya
penduduk disekitar bantaran sungai Bagan Percut diberikan penyuluhan tentang kesadaran
dalam memelihara lingkungan hidup, terutama air sungai.
2. Perlunya
pengawasan dari pihak terkait dalam hal pembuangan limbah ke dalam sungai Bagan
Percut.
3. Hendaknya
penduduk yang tinggal di bantaran sungai Bagan Percut tidak membuang limbah ke
dalam sungai Bagan Percut, sebab dapat menimbulkan banjir dan mengganggu
kesehatan.
Dokumentasi Penelitian
Persiapan
Peralatan
Pengambilan
Sampel Air sungai Bagan Percut
Pengukuran
Suhu Air Sungai Bagan
Analisa
Pengukuran Suhu Air Sungai Bagan Percut
Hasil
Pengukuran Suhu Air Sungan Bagan Percut
Aktivitas
di Sungai Bagan Percut
Pola
Pemukiman Penduduk
Pengukuran
pH saat di lokasi Sungai Percut Sei Tuan
Pengukuran
pH di laboratorium Methodist-7
Uji
mikrobiologi di Laboratorium
Jenis-jenis bakteriologi yang terdapat di sungai Bagan Percut :
Microsisti sp
Spirogyra sp
Actinastrum sp
Muba
- E.Coli
- Polycistis
DAFTAR
PUSTAKA
Djajadiningrat,
S.T. dan Harsono, H. 1991. Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber Pencemaran
Air, Tanah dan Udara. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Effendi,
Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Fardiaz,
Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Ginting, P. 2007. Sistem
Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung : Yrama Widya.
Keraf, A. Sonny. 2010.
Krisis Dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian
Pencemaran Air.
Purwanto, Bambang. 2004.
Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang. Percik Vol. 5
Tahun I.
Soemarwoto, Otto. 2009.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Sugiharto. 2005.
Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press
Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
Wardhana, W.A. 2004.
Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset.
No comments:
Post a Comment