Wednesday, August 31, 2016

Karya Ilmiah : Analisis Pencemaran Air Sungai Bagan Percut Akibat Aktivitas Penduduk



ANALISIS PENCEMARAN AIR SUNGAI BAGAN PERCUT AKIBAT AKTIVITAS PENDUDUK




 
Disusun Oleh:
1.      Alfonso Simanungkalit

2.      Febiola Rohani Marpaung

3.      Threesa Nulo Duha

  



 SMA METHODIST-7 MEDAN

JALAN MADONG LUBIS NO.7

MEDAN
 2016




KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Analisis Pencemaran Air Sungai Bagan Percut Akibat Aktivitas Penduduk.
Penelitian ini dilakukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Tingkat SMA Sumut- Aceh pada acara Geosfair UNIMED Tahun 2016 dengan Tema Degradasi Lingkungan Akibat ulah Manusia.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan karya tulis ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Hartuti Banurea, selaku Guru Pembimbing dalam pelaksanaan Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Pdt. Robert Sihombing, M.Th. selaku Kepala sekolah SMA Methodist-7 Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan Lomba karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak/Ibu guru SMA Methodist-7 yang telah membantu dan memberikan saran-saran dalam penulisan Karya Ilmiah ini.
4. Teman-teman Siswa/Siswi SMA Methodist-7,yang ikut membantu memberikan ide dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini 
5. Keluarga Besar SMA Methodist-7 Medan, sebagai sarana inspirasi bagi penulis.
6.  Aparatur Desa Bagan Percut, yang telah bersedia memberikan informasi terkait dengan penelitian ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya ilmiah yang sederhana ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Februari 2016





                                                                                  Penulis





ABSTRAK



Sungai Bagan Percut termasuk salah satu Sungai tercemar di Kecamatan Percut Sei Tuan, dan merupakan salah satu sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah. Mendirikan perumahan di sekitar bantaran sungai menyebabkan meningkatnya pembuangan limbah ke sungai yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kualitas air Sungai Bagan akibat aktivitas penduduk. 
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kualitas air dengan melakukan uji terhadap parameter-parameter pencemaran air yang dibandingkan dengan baku mutu air PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang meliputi parameter fisika (suhu, warna air, bau, dan rasa); parameter kimia (pH); dan parameter mikrobiologi (bakteri coliform total). 
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode indeks pencemaran yang dibandingkan dengan baku mutu air PP No. 82 Tahun 2001, dimana metode ini terlampir dalam Kepmen LH No. 115/2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. 
Kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut berdasarkan uji parameter pencemaran air mengalami penurunan kualitas yang ditunjukkan adanya parameter  yang melebihi baku mutu. Sedangkan berdasarkan penentuan status mutu air, pencemaran dimana kualitas air pada daerah hilir telah tercemar Tinggi. Berbagai kegiatan pembangunan ekonomi yang terdapat di sepanjang Sungai Bagan Percut  memberikan beban pencemaran air sungai.


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Air Merupakan Sumber daya Alam (SDA) yang sangat penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahluk hidup laiannya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak diimbangi dengan tindakan yang bijaksana dalam mengelolanya akan mengakibatkan kerusakan pada sumber air. Air permukaan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia seperti sumber air minum, perumahan, peternakan, irigasi, perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dan sebagai tempat rekreasi.
Menurut Soemarwoto (2009), penggunaan sumber daya untuk pembangunan selalu disertai oleh terjadinya pencemaran. Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada di dalamnya (Bahtiar, 2007).
Masalah pencemaran air pada saat ini sudah sangat kompleks, meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan organisme lainnya. Karena di dalam kehidupannya selalu membutuhkan air. Sungai merupakan salah satu sumber air yang menunjang berbagai aspek kehidupan untuk memenuhi berbagai kegiatan sesuai dengan peruntukannya, ketersediaan sumber daya air, untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia maupun kebutuhan pembangunan. Selain memperhatikan kuantitas air juga harus memperhatikan kualitas agar dapat mengurangi pencemaran air yang berasal dari berbagai limbah dibagian Hulu dan bagian Hilir daerah aliran sungai.
Pencemaran sungai dapat berasal dari (1) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya; (2) limbah organik dari manusia, hewan dan tanaman; (3) kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan. Ketiga hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi  manusia, kemiskinan dan industrialisasi(Hendrawan,2005).
Sungai Bagan Percut sebagai tempat pembuangan limbah diperkirakan telah mengalami penurunan kualitas air. Agar sungai dapat bermanfaat secara berkelanjutan sesuai dengan peruntu kannya, hal yang perlu dilakukan adalah menganalisis Pencemaran air dSungai Bagan Percut akibat aktifitas manusia.

B. Identifikasi Masalah
            Kondisi air sungai Bagan secara fisik dilihat dari Warna (Kekeruhan), Bau, dan rasa sudah mengalami pencemaran, sehingga perlu dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat pencemaran pada sungai tersebut. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi identifikasi dalam penelitian ini adalah Analisis Pencemaran Air sungai Bagan Percut.Analisis yang dimaksud adalah mencakup Para meter Fisika (Suhu air sungai), Para meter Kimia (pH), dan para meter Biologi (Bakteri coliform). Selain itu faktor penyebab pencemaran air sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah Domestik dan Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air sungai Bagan Percut.  

C. Pembatasan Penelitian
Agar Peneliti dapat terfokus pada inti permasalahan yang dikaji maka dilakukan pembatasan terhadap penelitian ini, yaitu:
1) Tingkat Pencemaran air sungai dikaji berdasarkan Para Meter :
  • Fisika :Suhu Air Sungai
  •  Kimia: Derajat Keasaman (pH)
  •  Biologi: Bakteri Coliform
2) Faktor – Faktor yang mempengaruhi pencemaran Sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah domestik
3) Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran Sungai Bagan Percut

D. Perumusan Masalah
Di sepanjang aliran sungai Bagan Percut terdapat beberapa kegiatan seperti Perikanan, daerah pemukiman dan pertanian yang diperkirakan telah menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air sungai Bagan Percut. Dari identifikasi tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut akibat terjadinya peningkatan buangan limbah berdasarkan para meter Fisika, Kimia, dan Biologi.
2. Apa Faktor penyebab terjadinya pencemaran di Sungai Bagan Percut.
3. Bagaimana Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran sungai Bagan Percut.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian yaitu :
1. Mengidentifikasi dan mengkaji kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut berdasarkan para meter Fisika, Kimia,dan Biologi.
2. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pencemaran sungai Bagan Percut
3. Mengetahui dampak pencemaran sungai Bagan Percut

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran mengenai kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut dan strategi yang sebaiknya dilakukan dalam upaya pengendalian pencemaran perairan di Sungai Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, oleh karena itu manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademik : sebagai karya ilmiah terutama bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau referensi bagi penelitian kualitas air Sungai Bagan Percut di kecamatan Percut Sei Tuan
2. Manfaat Praktis : dapat dijadikan masukan bagi pembuatan kebijakan dalam pengendalian pencemaran air Sungai Bagan Percut di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
                       


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A.    KERANGKA TEORI

1. Sungai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2. Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang curam berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, landai dan relatif rata. Arus atau kecepatan alir air sungai berbanding lurus dengan kemiringan lahan. Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat dan makin lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktifitas dan
perilaku penghuninya. Pada umumnya daerah hulu mempunyai kualitas air yang lebih baik daripada daerah hilir. Dari sudut pemanfaatan lahan, daerah hulu relative sederhana dan bersifat alami seperti hutan dan perkampungan kecil. Semakin ke arah hilir keragaman pemanfaatan lahan meningkat. Sejalan dengan hal tersebut suplai limbah cair dari daerah hulu yang menuju daerah hilir pun menjadi meningkat. Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari proses pembuangan limbah cair yang dimulai dari hulu (Wiwoho, 2005)

2. Kualitas Air
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik biologi atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya).

3. Kriteria Baku Mutu Air
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Untuk itu agar kualitas air tetap terjaga maka setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair yang akan dibuang ke perairan umum atau sungai harus memenuhi standart baku mutu atau kriteria mutu air sungai yang akan menjadi tempat pembuangan limbah cair tersebut, sehingga kerusakan air atau pencemaran air sungai dapat dihindari atau dikendalikan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
1. Kelas Satu : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
2. Kelas Dua : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas Tiga : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudayaan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas Empat : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Pencemaran Air
Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya (Fardiaz, 1992). Keadaan normal air berbeda-beda tergantung pada faktor penentunya, yaitu kegunaan air dan asal sumber air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat ke dalam air yang menyebabkan kualitas air tercemar sehingga mengganggu fungsi air. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar (polutan), yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair.
Bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenik (Effendi, 2003). Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan (badan air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan fenomena alam yang lain.
Polutan yang memasuki suatu ekosistem secara alamiah sukar dikendalikan. Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan urban (perkotaan) maupun kegiatan industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut. Berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya, polutan air dapat dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok yaitu : (1) padatan; (2) bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes); (3) mikroorganisme; (4) komponen organik sintetik; (5) nutrient tanaman; (6) minyak; (7) senyawa anorganik dan mineral; (8) bahan radioaktif dan (9) panas. Pengelompokan tersebut bukan merupakan pengelompokan yang baku, karena suatu jenis polutan dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok (Fardiaz, 1992).

5. Sumber Pencemaran
Sumber pencemar air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah non- domestik. Sumber limbah domestik umumnya berasal dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah non domestik berasal dari kegiatan seperti industri, pertanian dan peternakan, perikanan, pertambahan atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah pemukiman. Berdasarkan sumbernya (Mudarisin, 2004), jenis limbah yang dapat mencemari air dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu :
1. Limbah cair domestik, yaitu limbah cair yang berasal dari pemukiman, tempat-tempat komersial (perdagangan, perkantoran, institusi) dan tempat-tempat rekreasi. Air limbah domestik (berasal dari daerah pemukiman) terutama terdiri atas tinja, air kemih, dan buangan limbah cair (kamar mandi, dapur, cucian yang kira-kira mengandung 99,9 % air dan 0,1 % padatan). Zat padat yang ada tersebut terbagi atas ± 70 % zat organik (terutama protein, karbohidrat dan lemak) serta sisanya 30 % zat anorganik terutama pasir, air limbah, garam- garam dan logam.
2. Limbah cair industri merupakan limbah cair yang dikeluarkan oleh industry sebagai akibat dari proses produksi. Limbah cair ini dapat berasal dari air bekas pencuci, bahan pelarut ataupun air pendingin dari industri-industri tersebut. Pada umumnya limbah cair industri lebih sulit dalam pengolahannya, hal ini disebabkan karena zat-zat yang terkandung di dalamnya yang berupa bahan atau zat pelarut, mineral, logam berat, zat-zat organik, lemak, garam-garam, zat warna, nitrogen, sulfida, amoniak, dan lain-lain yang bersifat toksik.
3. Limbah pertanian yaitu limbah yang bersumber dari kegiatan pertanian seperti penggunaan pestisida, herbisida, fungisida dan pupuk kimia yang berlebihan.
4. Infiltration/inflow yaitu limbah cair yang berasal dari perembesan air yang masuk ke dalam dan luapan dari sistem pembuangan air kotor.

6. Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui (Wardhana, 2004) :
1.      Adanya perubahan suhu air
2.      Adanya perubahan PH atau konsentrasi ion Hidrogen
3.      Adanya perubahan warna, bau dan rasa air
4.      Timbulnya endapan, koloid, bahan pelarut
5.      Adanya mikroorganisme
6.      Meningkatnya radio aktivitas air lingkungan
Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan kualitas air dapat digolongkan menjadi pengamatan secara fisis, kimia dan biologis (Warlina, 2004). Parameter yang umum digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran air yaitu antara lain :

a.       Suhu
Suhu atau temperatur pada badan air penerima/sungai dapat berubah karena perubahan musim, perubahan harian dan masukan berupa buangan air limbah yang panas dari industri. Suhu memperlihatkan kecenderungan aktivitas kimiawi dan biologis di dalam air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; (2) kecepatan reaksi kimia meningkat; (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan (4) jika batas suhu yang  terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati (Fardiaz, 1992). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 °C - 30 °C (Effendi, 2003)
b.      Derajat Keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 - 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2004). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 - 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan ,misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah (Effendi, 2003). Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table 1 berikut ini: 
Tabel.1. Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan
Nilai pH
Pengaruh Umum
6,0-6,5
1.Keanekaragaman Plankton dan Bentos sedikit menurun
2.Kelimpahan total, biomassa, dan produktifitas tidak mengalami perubahan
5,5-6,0
1.Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan Bentos semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktifitas masih belum mengalami perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.
5,0-5,5
1.Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan Bentos semakin besar
2. Terjadinya penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan Bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
4,5-5,0
1.Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton, dan Bentos semakin besar.
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan Bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
Sumber: Novotny dan Olem (1994)dan Effendi (2003)

c.       Bakteri Coliform Total
`Lingkungan perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme pathogen (berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan peternakan. Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli, yang merupakan salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan (Effendi, 2003). Keberadaan bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat higienisitas suatu perairan.
Bakteri coliform total merupakan semua jenis bakteri aerobik, anaerobic fakultatif, dan rod-shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 °C. Bakteri coliform total terdiri dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella dan Enterobacter. Fecal coliform adalah anggota dari coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu 44,5 °C dan merupakan bagian yang paling dominan (97 %) pada tinja manusia dan hewan (Effendi, 2003).








B. KERANGKA BERPIKIR
                 


BAB III
METODE PENELITIAN



A. Lokasi Penelitian
           Sesuai dengan judul Penelitian ini dilakukan di Sungai Bagan Percut, Kecamatan Pecut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.                                        
B. Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam Penelitian ini adalah semua yang dapat dijadikan objek penelitian yaitu Sungai Bagan Percut.
2.    Sampel
Sampel dalam Penelitian ini adalah sebagian tempat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian yaitu  Daerah Aliran Sungai Bagian hilir Sungai Bagan Percut.

C. Variabel Penelitian
  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat Pencemaran Air Sungai Bagan Percut, meliputi:
     a.Parameter Fisika
     b. Parameter Kimia
     c. Parameter Biologi
2.  Faktor penyebab terjadinya pencemaran sungai Bagan Percut
3. Dampak pencemaran sungai Bagan Percut.

D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis mempergunakan teknik pengumpulan data melalui:
1.      Observasi Pengambilan Sampel Kualitas Air Sungai
Pengambilan sampel dilakukan di daerah hilir dengan lokasi tiga (3) titik dengan jarak yang berbeda, didasarkan pada adanya kegiatan yang diduga memberikan beban pencemaran yang sangat tinggi, selain itu juga adanya pertimbangan bahwa daerah hilir merupakan daerah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk di Desa Bagan Percut. Pengambilan sampel air di sungai dilakukan secara grab sample. Grab sample (sampel sesaat) adalah metode pengambilan sampel dengan cara sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang dipantau. Sampel inilan hanya menggambarkan karakteristik pada saat pengambilan sampel (Effendi, 2003)
2.      Wawancara
Penelitian dilakukan dengan wawancara langsung kepada pihak yang terkait yaitu Aparatur Desa.
3.      Studi Dokumentasi
Studi Pengumpulan data melalui instansi terkait dan dokumentasi yang diperlukan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan judul Penelitian.
4.      Studi Pustaka
Dengan membaca dan mempelajari buku- buku yang berkaitan dengan judul penelitian.

E. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menggambarkan kondisi kualitas air Sungai Bagan Percut. Penelitian ini juga didukung dengan data kualitatif untuk memberikan gambaran yang lebih dalam terhadap aktivitas yang menimbulkan pencemaran air di Sungai Bagan Percut dan dampak pencemaran air sungai Bagan Percut. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu metode dimana segala aspek harus diamati sepenuhnya, sedangkan hasil analisa datanya hanya berlaku untuk tempat dan jangka waktu tertentu.

F. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang berupa pengukuran kondisi fisik, kimia dan biologi perairan Sungai Bagan Percut diperoleh di lapangan dan sebagian dari analisis di laboratorium. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan topik yang dikaji. Data sekunder berupa :
1.      Profil Sungai Bagan Percut
2.      Sumber Pencemaran di Sungai Bagan Percut.



G. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses telaah dan pencarian makna dari data yang diperoleh untuk menemukan jawaban dari masalah penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis kualitas air, analisis bahan pencemar air sungai yang berasal dari limbah domestik, dampak pencemaran Sungai Bagan terhadap masyarakat.
1.      Analisis Kualitas air
Merupakan analisis untuk mengetahui kualitas air Sungai Bagan Percut dengan melakukan uji terhadap parameter-parameter pencemaran air yang meliputi parameter fisika (Suhu,), parameter kimia (Derajat keasaman/ pH) ,parameter biologi (Bakteri Coliform Total).
Tabel 2. Metode Analisis Parameter Kualitas Air
Parameter
Satuan
Metode Analisis
I.   Fisika


-           Suhu
°C
SNI 6989.57 :2008
II.  Kimia


-      Ph
-
SNI 6989.57 :2008
III. Mikrobiologi


-          Total coliform
MPN/100 ml
Metode MPN

Hasil uji parameter-parameter tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
2.      Analisis Pencemaran air sungai yang berasal dari limbah domestik
Dilakukan dengan pengamatan secara fisik dan Uji Laboratorium Bahan pencemar yang dimaksud adalah bahan pencemar
a.       Organik, yang dapat penguraian oleh mikroorganisme
b.      Bahan pencemar anorganik, yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
3.      Dampak pencemaran air sungai terhadap masyarakat
            Dilihat berdasarkan sumber data kesehatan masyarakat Desa Bagan Percut yang meliputi  gangguan pada kesehatan masyarakat setempat.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.  Letak Geografis dan keadaan alam
Bagan adalah salah satu Dusun di Desa  Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Bagan Percut Berasal dari kata Bagan yang berarti Pelabuhan, Jadi Bagan Percut artinya adalah Wilayah Pelabuhan. Dusun Bagan Percut berada pada ketinggian 2 meter diatas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah. Dusun BAgan Percut berada pada lintang 3°42’45.6’’LU dan di bujur 98°46,45.08”BT , Sementara itu curah hujan mencapai 0-278 mm/tahun, dengan suhu udara rata- rata 23°C- 30°C. Dikenal ada 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya berlangsung selama 3 bulan yaitu antara Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus, sedangkan musim penghujan berlangsung selama 9 Bulan yaitu Bulan September sampai dengan Bulan Mei.
 Batas – batas wilayah Desa Percut secara administratif adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara           : Selat Malaka
- Sebelah Selatan         : Desa Cinta Rakyat
- Sebelah Barat            : Desa Tanjung Rejo
- Sebelah Timur           : Desa Cinta Damai
Luas wilayah Desa Percut adalah 1063 ha, dan diperkirakan sekitar 740 ha adalah lahan yang bisa dipakai sebagai lahan persawahan dan perladangan, sedangkan sisanya sekitar 323 ha diperuntukkan seperti pemukiman sekitar 102 ha, jalan, empang, pekuburan sekitar 15 ha. Dan 180 ha diperuntukkan sebagai jalur hijau disekitar wilayah pesisir, namun pada kenyataan jalur hijau tersebut sudah digunakan sebagai lahan untuk pemukiman dan pertambakan.
2. Kondisi Tanah
Berdasarkan kondisi tanah, Desa Percut memiliki jenis tanah Alluvial sebagai hasil endapan dari aliran sungai yang melewati Desa Percut. Salah satu aliran sungai tersebut adalah sungai Bagan Percut, sehingga keadaan tanah di desa Percut sangat cocok ditanami jenis tanaman pertanian seperti Jagung, Padi, dan sayuran.


3. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Desa Percut terdiri dari 18 lingkungan/ dusun yang masing- masing dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 Dusun Bagan Percut memiliki jumlah penduduk 1.078 Jiwa,dengan jumlah penduduk Laki- laki 546 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan 532 Jiwa.Sedangkan jumlah kepala keluarga(KK) adalah 278.

Tabel.3. Jumlah Penduduk Dusun Bagan Percut
NO
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki- laki
546
50,64
2
Perempuan
532
49,36


1.078
100%
Sumber: Kantor Kepala Desa Percut

Sebagai Wilayah yang berbatasan dengan Laut, penduduk Dusun Bagan Percut sebagian besar bermata pencaharian Nelayan. Alasan lain mengungkapkan bahwa penduduk Dusun Bagan Percut memilih profesi sebagai Nelayan dan jarang melakukan migrasi ke wilayah lain disebabkan karena penduduk tidak bersekolah (50%), Tamat SD 25%, Tamat SMP 17%, dan tamat SMA 8%. Suku Bangsa yang mendiami Dusun Bagan didominasi oleh Suku Melayu, dan Sebagian kecil Suku Jawa dan Suku Batak.
4. Pola pemukiman Penduduk
Kegiatan mayoritas penduduk Dusun Bagan Percut sebagai Nelayan adalah faktor pemilihan pola pemukiman penduduk di wilayah tersebut. Adapun pola pemukiman penduduk Dusun Bagan Percut adalah pola pemukiman Linier (Memanjang),  yaitu memanjang mengikuti Garis pantai dan Memanjang mengikuti garis Sungai. Panjang Sungai Bagan Percut adalah 5 Km, dan lebarnya 20 m (Sumber: Kepala Desa Percut). Dari tahun 1980 sampai tahun 2000 pola pemukiman penduduk tidak mengalami perubahan, kemudian pada tahun 2001sampai sekarang pola pemukiman mengalami perubahan dimana masyarakat mendirikan pemukiman didalam tanggul yang sengaja dibangun untuk menanggulangi resiko banjir.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Peneliti kepada penduduk setempat, pola pemukiman ini selain mengikuti garis sungai juga bertujuan untuk mempermudah nelayan dalam mengawasi kapalnya yang disandarkan ditepi Pantai dan tepi sungai. Model rumah berbentuk panggung, memudahkan penduduk dalam pembungan limbah rumah tangga secara langsung ke badan sungai Bagan Percut.


B. Kondisi Kualitas Air Sungai Bagan Percut
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya).Parameter- parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
1. Sifat Fisik Air Sungai Bagan Percut
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter fisik (suhu) pada lokasi penelitian yang dibandingkan dengan baku mutu air adalah  Suhu Air.
Hasil pengamatan dan pengukuran suhu air Sungai Bagan Percut dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak yang berbeda. Parameter- parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Suhu Air Sungai Bagan Percut

No
        Jarak Dari Hilir
(m)
          Temperatur Udara (°C)
1
50
28
2
100
31
3
150
33
 
Sumber: Data Primer

Hasil pengukuran suhu air pada tanggal 12 Pebruari 2016 dari titik pengambilan sampel 1pada Sungai Bagan Percut hingga titik pengambilan sampel 3 yang terletak di hilir Sungai Bagan Percut memiliki perbedaan yang mencolok, yaitu berkisar antara 28°C - 33 °C. Pada Tabel.3 di atas menunjukkan bahwa suhu tertinggi adalah pada pengukuran titik sampel 3  yaitu 33°C, dimana kegiatan yang terdapat pada daerah ini meliputi pemukiman dan perikanan. Keadaan suhu yang demikian sudah melampaui ambang batas baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Baku mutu badan air golongan I, II dan III mensyaratkan bahwa temperatur air normal memiliki deviasi 3 dari keadaan temperatur alamiah di lingkungan setempat.
Effendi (2003) menyebutkan bahwa kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 °C - 30°C. Hal ini berarti, suhu air Sungai Bagan Percut sudah tidak  mampu menunjang pertumbuhan fitoplankton. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air misalnya gas  O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya.selain itu  juga mengakibatkan viskositas, reaksi Kimia, evaporasi dan volatilisasi.

2. Sifat Kimia Air Sungai Bagan Percut
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter kimia air Sungai Bagan Percut  pada lokasi penelitian yang dibandingkan dengan baku mutu air adalah Derajat Keasaman (pH).
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter derajat keasaman (pH) Sungai Bagan Percut ditunjukkan pada Tabel.4.

Tabel.5. Derajat Keasaman (pH) Air Sungai Bagan Percut
No
  Jarak Dari Hilir
(m)
        Derajat Keasaman (pH)
1
50
5,8
2
100
5,8
3
150
6,0
Sumber: Data primer

Dari Tabel.4 di atas menunjukkan hasil pengukuran pH air Sungai Bagan Percut pada tanggal 12 Pebruari tahun 2016 berkisar antara 5,08 - 6,00. Perbedaan nilai pH tersebut sangat sedikit tetapi memiliki nilai pH yang tergolong rendah sesuai dengan standar baku mutu air Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001.Kondisi air sungai Bagan yang memiliki nilai pH rendah  dipengaruhi oleh adanya buangan limbah organik dan anorganik ke Sungai Bagan Percut. Pengukuran tertinggi pada  titik pengambilan sampel 3 yaitu 6,0  yang dipengaruhi oleh aktivitas pada  segmen 2 yang berupa kegiatan domestik/pemukiman, dan perikanan. Mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 maka pH air Sungai Bagan Sudah tercemar.


 Menurut Effendi (2003) sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 - 8,5. Berdasarkan  nilai pH air sungai yang diketahui, maka kondisi air sungai Bagan Percut mengalami (1) penurunan nilai keanekaragaman plankton dan Bentos semakin tampak  , (2) kelimpahan total, biomassa, dan produktifitas masih belum mengalami perubahan yang berarti. (3) algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.

Tabel.5. Standart Baku Mutu Air
Baku Mutu (PP No 82 Tahun 2001)
Kelas I
6-9
Kelas II
6-9
Kelas III
6-9
Kelas IV
5-9

Berdasarkan standart Baku Mutu air, air sungai Bagan termasuk kedalam standart Baku Mutu Golongan empat (lV).

3. Sifat Mikrobiologi Air Sungai Bagan Percut
Hasil uji Laboratorium ditemukant bakteri Coliform Total air Sungai Bagan Percut di lokasi penelitian, jenis Bakteri Coliform dapat dilihat pada Tabel .6.
Tabel.6. Hasil Uji Laboratorium Bakteri Coliform Total Air Sungai Bagan Percut
Jenis Bakteri Coliform
Keterangan
Escherichia Coli
Penyebab Bau dan Rasa
Ghomponema
Penyebab Pencemaran
Nitzchia
Penyebab Pencemaran
Hydrodiction
Penyebab bau dan rasa didalam air
Straurastrum
Penyebab bau dan rasa didalam air
Spyrogira
Penyebab Pencemaran didalam air
Cholorococum
Penyebab pencemaran didalam air
Anabaena
Penyebab pencemaran didalam air
Ghomphosphaeria
Penyebab bau dan rasa didalam air
Microcistis
Penyebab bau d an rasa didalam air
Oscillatoria
Penyebab pencemaran didalam air
Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel.6 diketahui jenis Bakteri Coliform Total Penyebab Pencemaran, Baud an rasa. Penyebab Pencemaran ditemukan 6 Bakteri Coliform, dan penyebab bau dan rasa ditemukan 5 Bakteri Coliform.
Hasil pengukuran sifat mikrobiologi dengan parameter Bakteri Coliform Total air Sungai Bagan Percut di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel .7. Hasil Pengukuran Bakteri Coliform Total Air Sungai Bagan Percut

No
Tanggal
Titik Pengambilan Sampel (Jml/100 ml)


1
2
3







1
12 Pebruari 2016
3
350 x 10
3
39 x 10
9
26 x 10








Baku Mutu (PP No 82 Tahun 2001)

Kelas I
1,000

Kelas II
5,000

Kelas III
10,000

Kelas IV
10,000

Sumber: Data Primer

Dari data  pada Tabel.7 diatas menunjukkan bahwa pada semua titik pengambilan sampel jumlah bakteri coliform melebihi ambang batas baku mutu air baik untuk kelas I, II, III maupun IV PP no. 82 tahun 2001. Besarnya jumlah bakteri coliform dipengaruhi oleh adanya limbah organik yang dibuang ke badan sungai. Limbah organik ini berasal dari aktivitas penduduk yang membuang limbah ke badan air tanpa adanya proses pengolahan  dan meningkatnya buangan limbah domestik akibat aktivitas mandi cuci penduduk sekitar.

C. Faktor Penyebab Pencemaran Air Sungai Bagan Percut yang Berasal Dari Limbah Domestik
Kondisi Pola pemukiman Penduduk Dusun Bagan Percut yang memanjang (linier) mengikuti garis sungai Bagan Percut, mengakibatkan sungai menjadi tempat yang sangat praktis dalam hal pembuangan sampah Limbah limbah Rumah tangga lainnya. Dalam hal ini berdasarkan unsur pencemarnya, pencemaran air sungai Bagan Percut dibedakan menjadi dua faktor penyebab Pencemaran,yaitu:
a. Faktor Pencemaran yang disebabkan Benda padat
Faktor pencemaran yang disebabkan benda padat pada air sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah Rumah tangga (limbah Domestik) adalah Bungkus makanan, Kertas, Plastik, puntung rokok, barang bekas rumah tangga yang sudah tidak layak pakai (Peralatan dapur, pakaian, Meuble), dan Limbah Tinja.
b. Faktor pencemaran yang disebabkan benda cair
Faktor terjadinya pencemaran yang disebabkan benda cair pada air sungai Bagan Percut yang berasal dari limbah Rumah Tangga (limbah Domestik) adalah Air sabun, air bekas cucian yang mengandung Zat kimia, Urine, tumpahan minyak dari kapal-kapal nelayan yang melewati sungai Bagan Percut.

D. Dampak Pencemaran air Sungai Bagan Percut
Air yang tercemar tentunya membawa dampak pada kerugian bagi mahluk hidup, mengingat air merupakan salah satu elemen terpenting dari kehidupan. Berikut adalah dampak pencemaran air sungai Bagan Percut:
a.       Tumbuhnya mikroorganisme berbahaya yang berasal dari pembusukan sampah. Bila sampai masuk kedalam tubuh, mikroorganisme ini akan menimbulkan bahaya, yaitu penyakit Diare dan Penyakit Kulit.
b.      Air tercemar yang berasal dari tinja mengandung racun, sehingga berbahaya bila dikonsumsi
c.       Tumpahan minyak yang menyebar membuat kehidupan Vegetasi sungai susah untuk endapatkan sinar matahari dan udara yang tepat.
d.       Kesulitan untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari- hari
e.       Terganggunya keseimbangan ekosistem di dalam air yang bisa berdampak bagi kehidupan manusia, seperti berkurangnya populasi ikan di sungai Bagan Percut.
f.       Bakteri Coliform menyebabkan penyakit Diare dan kulit.


  

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN



A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Alisis Pencemaran air Sungai Bagan Percut, maka dapat simpulkan :
1.      Berdasarkan parameter fisika, air sungai bagan memiliki suhu udara yang tinggi yaitu antara 28°C- 33°C, sedangkan berdasarkan parameter kimia pH air sungai Bagan Percut adalah berkisar antara 5,8-6,0, dan berdasarkan para meter Biologi terdapat bakteri coliform sebanyak 11 Bakteri.
2.      Faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah Domestik di Sungai Bagan Percut berasal dari pembungan sampah, tinja, urine, kertas, Bungkus makanan,Tumpahan minyak, air sabun, air bekas cucian.
3.      Dampak yang ditimbulkan pencemaran air sungai Bagan adalah  sulitnya memperoleh air bersih
4.      Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa air sungai Bagan Percut mengalami pencemaran tingkat tinggi.

B. Saran
1.      Hendaknya penduduk disekitar bantaran sungai Bagan Percut diberikan penyuluhan tentang kesadaran dalam memelihara lingkungan hidup, terutama air sungai.
2.      Perlunya pengawasan dari pihak terkait dalam hal pembuangan limbah ke dalam sungai Bagan Percut.
3.      Hendaknya penduduk yang tinggal di bantaran sungai Bagan Percut tidak membuang limbah ke dalam sungai Bagan Percut, sebab dapat menimbulkan banjir dan mengganggu kesehatan.


Dokumentasi Penelitian 

Persiapan Peralatan
Pengambilan Sampel Air sungai Bagan Percut
Pengukuran Suhu Air Sungai Bagan 
Analisa Pengukuran Suhu Air Sungai Bagan Percut  
Hasil Pengukuran Suhu Air Sungan Bagan Percut
Aktivitas di Sungai Bagan Percut 
Pola Pemukiman Penduduk
Pengukuran pH saat di lokasi Sungai Percut Sei Tuan
 Pengukuran pH di laboratorium Methodist-7
Uji mikrobiologi di Laboratorium

Jenis-jenis bakteriologi yang terdapat di sungai Bagan Percut :

  1. Microsisti sp

  2. Spirogyra sp 

  3. Actinastrum sp

  4. Muba

  5. E.Coli

  6. Polycistis

 



DAFTAR PUSTAKA


Djajadiningrat, S.T. dan Harsono, H. 1991. Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung : Yrama Widya.
Keraf, A. Sonny. 2010. Krisis Dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air.
Purwanto, Bambang. 2004. Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang. Percik Vol. 5 Tahun I.
Soemarwoto, Otto. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sugiharto. 2005. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset.

No comments:

Pencairan.....

Daftar Blog Berkaitan